Uang atau Sayang

courtesy of www.flickriver.com

Ungkapan usang yang masih terdengar hingga kini: ”Ada uang, Abang sayang”. Bahkan ada yang nyaring terdengar: ”Uang akan mengeratkan hubungan, bukan konseling perkawinan”. 

Keduanya benar, dan keduanya bisa jadi keliru. Seperti juga situasi ekonomi, situasi dalam hidup perkawinan juga naik turun. Karena itu kedua pengendali perkawinan, suami dan isteri, perlu pandai beradaptasi atas semua perubahan. Boleh jadi kali ini suami berjaya secara ekonomi, dan lain waktu isteri yang sukses kariernya yang menanjakkan ekonomi keluarga. Maka perhatikanlah bahwa di tangan Anda berdua, kemudi kapal bernama perkawinan berada. 

"Men are not prisoners of fate, but only prisoners of their own minds." -Franklin D. Roosevelt 

Sesungguhnya dalam menjalani hidup, manusia bukanlah tahanan atas takdirnya, tapi pikirannya sendiri. Apa yang membuat kita bahagia ataupun terperangkap dalam kesusahan bersumber dari apa yang kita yakini. Meski situasi kerap berubah, kita hendaknya bisa beradaptasi. Hal berikut, bila disadari dan diterapkan dapat membantu menyeimbangkan perasaan (yang lebih sering terimbas dibanding pikiran logis): 

  • Laki-laki dan perempuan memegang kendali bersama dan dapat dibagi jadwal ‘jaga’nya. Pekerjaan mengasuh, mendidik dan membesarkan anak bukan monopoli perempuan. Suami dan isteri dapat berbagi, apalagi ketika lebaran asisten rumah tangga pulang. Ini saat tepat untuk menyusun rencana berbagi. Demikian juga pekerjaan rumah tangga. Untuk laki-laki bekerja di dapur masihkah tabu bagi anda? Atau perempuan mencuci mobil, masihkah tidak pantas? 
  • Hubungan seks membutuhkan suasana hati menyenangkan. Seks adalah ekspresi kegembiraan bersama menikmatinya. Ketika keduanya dalam irama hati yang tepat, kegairahan akan mencuat dan hubungan berlangsung dengan kesenangan prokreasi. 
  • Posisikan diri sebagai pemimpin dan sebagai pendukung pasangan. Pemimpin dapat perempuan atau dapat laki-laki atau dapat bergantian. Kalau kali ini sang perempuan sedang naik daun, doronglah ia mengoptimalkan kemampuannya membagi kesejahteraan bagi keluarga. Ambillah sebagian tugas rumah tangganya yang mungkin tidak tertangani. Jika laki-laki yang sedang mempunyai kesempatan, dukunglah ia berkarier membangun kesejahteraan keluarga. Lakukanlah pekerjaan rumah yang tertinggal dengan senang hati dan membaginya bersama anggota keluarga lainnya. 
  • Logika dibutuhkan untuk menyelesaikan selisih argumen. Beda pendapat pasti terjadi. Pilihlah saat yang tepat untuk mendiskusikannya dengan berpegang pada logika. Emosi seringkali turut serta memeriahkan adu argumentasi. Namun ingat kembali kepada landasan, bahwa wilayah yang mengatur emosi di otak merupakan area kecil dibanding luasnya area logika. Berkepala dinginlah dan selesaikan dengan nalar.
  • Bacalah bahasa tubuhBahasa tubuh memiliki kekuatan yang lebih dari kata-kata. Mempelajari bahasa tubuh akan membuat kita dapat menafsirkan suasana emosi seseorang. Melalui cara ini, kedua belah pihak akan membangun saling pengertian. Ketika tubuh lelah dan enggan berbicara banyak, hargailah pasangan dengan tetap tenang dan hening. Saatnya kelancaran bicara berlangsung, menjadi pendengar yang reflektif akan membuat pasangan merasa dipahami. 

“Kembalikan kenangan kita, mengingat kembali bahwa ia adalah orang yang kupilih untuk berkontrak janji, bersama mengarungi kehidupan. Kembalilah pada komitmen.” 


dr. Ratna Mardiati Sp.KJ 


Editor: 


dr. Gina Anindyajati 


Angsamerah Clinic
Graha Media Building Lt. 2
Jl. Blora 8-10, Menteng, Jakarta Pusat 10310
+6221-3915189















.